Rabu, 07 Desember 2011

Curahan hati Aku yang detik ini merindukan Kamu

Kadang aku pikir kita sudah seharusnya berhenti berlari di jalan cinta kita.
Iya. Macet ya?
Tapi sepertinya ini akan berlangsung lama.
Bagaimana kalau kita turun, berjalan di atas kaki masing-masing dan berjanji bertemu di ujung jalan
kalau kita mau?
Kalau kau mau.

Aku tak pernah habis pikir tentang ini. Ada atau tanpa kau sama saja.
Kadang sama saja menyakitkannya.
Kau tak tahu rasanya jadi aku ya?
Kau pikir aku tak menunggu kabarmu?
Aku melihat kicauan mu setiap fajar.
Berharap kau akan berkicau untuk ku.
Satu saja.
Aku melihat kau mengganti 'display picture' pada smartphone mu
Berharap setelahnya kau akan menyapa ku dengan panggilan itu.
Atau setidaknya kau akan mengirimkan 'ping!!!', isyarat aku harus memulai obrolan.
Tapi lagi-lagi aku salah.

Apa lagi sih yang kau mau?
Kau punya semuanya dari ku.
Cinta? Haha.
Apa semuanya belum cukup?
Apa kado-kado belum cukup?
Apakah dukungan-dukungan itu belum cukup?
Apakah doa-doa itu belum cukup?
Apakah 4 tahun tidak cukup?
Apakah pelukan itu masih saja belum cukup?
Mungkin ciuman itu juga belum cukup?
Apakah air mata itu juga belum cukup?
Masihkah aku harus mengatakannya?

Aku mencintai mu.

Sudahlah.
Mungkin kita sama-sama belum dewasa.
Masih terlalu senang dengan ego masing-masing.
Keras kepala, pantang mengalah.

Aku tau di antara kita tidak pernah menginginkan hubungan seperti ini.
Aku menunggu kau, dan mungkin kau menungguku juga?
Mengalahlah. Kau Pria ku.
Apa kali ini aku lagi yang harus memulai?
Menanyakan kemana saja kau, mengatakan maaf, komunikasi membaik, dan memburuk lagi.
Sampai kapan daur itu akan berulang?

Mengertilah.
Kita jauh.
Aku menginginkan kau. Lebih dari apa pun detik ini.
Sedang apa kau di sana?
Merajut mimpi?
Kalau begitu berlarilah.
Mungkin ini saatnya kehadiran ku tidak berguna lagi untuk mu.
Aku mungkin sudah tidak menjadi orang terdekat mu lagi.
Aku tak tau kau.
Berlarilah.
Mungkin kakiku sudah lelah untuk berlari bersama mu.
Ini waktu mu.
Kau boleh melupakanku.
Aku cuma berharap satu hal.

Suatu hari saat kaki ku telah mampu mengimbangi langkahmu.
Saat tanganku telah dapat terayun indah menggenggam tanganmu,
Saat kau bisa membanggakan aku seperti aku membanggakanmu,

Aku tidak akan meminta mu kembali.
Tapi Lihat lah aku.
Lihat lah ke dalam dua bola bening yang senantiasa menangis untuk mu.
Disanalah Kau, selalu.

Kadang aku pikir saat ini kita sudah seharusnya berhenti berlari di jalan cinta kita.
Iya. Macet ya?
Tapi sepertinya ini akan berlangsung lama.
Bagaimana kalau kita turun, berjalan di atas kaki masing-masing dan berjanji bertemu di ujung jalan
kalau kita mau?
Kalau kau mau.

Aku selalu menunggu.